MENGEJAR WAKTU
TIK TOK,
satu persatu ia langkahkan kakinya. Tik tok, dia berhenti sejenak. Apa yang
dia lakukan di sana? Detik menunggu tiba derap kaki ku. Hingga bosan ia
menunggu. Tik tok, ia langkahkan sekali lagi. Bau nafas ku pun belum terasa,
aku tak kunjung tiba. Tapi aku telah berbisik janji padanya. Aku janji akan
datang. Aku janji akan menyusulnya. Jika ia sanggup menunggu.
TERFIKIR olehnya,
galau fikirnya, takut aq kan lupakan janji. Sahabat yang terpenjara oleh dewi
masa lalu. Dewi masa lalu yang kesepian inginkan ku tuk temaninya
sesaat. Menyesal dia, telah tinggal ku sendiri. Jangan terpuruk disana!
Berteriak kencang, ia mengingatkan ku. Melangkahlah karena kau mampu! Teriaknya
lagi. Aku tak menyahut, karena aku tak mampu berkata, dan jika ku mampu, apa
yang harus ku tuturkan.
DETIK balikan badannya, terlihat
lorong gelap, dia tahu, aku tersesat disana. Aku tersesat di jalan gelap,
dimana ujung dan dimana pangkal? Ingin waktu menjemputku ke belakang.
Sahabatnya tak mungkin ia tinggalkan sendiri. Namun dia sadar, dia adalah
waktu, mungkinkah dia sebagai waktu memutar balik haluan? Hancur sudah dunia
ini.
Ting tong ting tong, lonceng
meneriakinya, memanggil waktu untuk tiba tepat saatnya. Berucap lantang sang
lonceng , wahai detik, tinggalkan dia yang ingin ditinggalkan, lupakan ia yang
ingin dilupakan, ingkarilah dia yang tengah khianati dirinya sendiri.
BERAT langkah, dengan tangis yang
menganak sungai, detik tinggalkan ku, jauh dan semakin jauh. Kecewa terbesit
dihatinya. Siapa yang jahat? Dia yang tak kunjung datang, atau aku, yang telah
lelah menanti? Tanyanya. Kewajibannya
kini, tuk tepati menit dalam waktu. Haknya kini, tuk ingkari janji yang telah
teringkar. Jauh dan sangat jauh. Karena kini jadilah ia Dewi Waktu yang abadi.
Maaf telah biarkan mu menunggu,
sahabatku wahai sang waktu. Kini untuk mengejar ketertinggalan langkah ku
darimu, aku melangkah maju. Tunggulah, karena aku mengejarmu. Bukan janji lagi.
Inilah yang tengah ku lakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar